Ada orang-orang yang tidak akan pernah kau temui di permukaan.
Bukan karena mereka bersembunyi,
tapi karena kedalaman mereka tidak bisa berdiri di tempat yang dangkal.
Mereka bukan sosok yang riuh,
bukan suara paling keras di ruangan,
bukan ombak yang memecah batu di tepi pantai.
Mereka lebih mirip samudra yang dalam:
tenang di atas,
penuh dunia di bawahnya.
Orang seperti ini jarang menimbulkan gelora.
Yang terlihat hanya riak kecil hampir tak berarti bagi mata yang terbiasa mencari gemuruh.
Padahal riak itu tercipta dari gelombang yang tak terhitung jauhnya di kedalaman.
Dan kedalaman selalu menjadi tempat yang sunyi.
Kau tidak bisa mengenal mereka dengan berdiri di tepi.
Kau harus menyelam,
masuk perlahan,
melewati lapisan-lapisan yang tidak disiapkan untuk orang yang terburu-buru.
Sebab nilai paling tinggi tidak pernah memanggil perhatian;
nilai itu hanya bisa ditemukan oleh mereka yang rela menurunkan diri,
meninggalkan permukaan yang bising,
dan menatap gelap yang tenang tanpa takut tersesat.
Orang yang dalam tidak menarikmu dengan cahaya.
Mereka menarikmu dengan keteduhan.
Mereka tidak membuatmu terpesona pada pandangan pertama,
tapi membuatmu merasa aman tanpa alasan yang jelas.
Mereka tidak ingin dikenal banyak orang,
cukup dipahami satu atau dua jiwa yang bersedia menyelami sampai titik di mana suara sudah tidak berguna lagi.
Dan di titik itu, barulah kau mengerti:
bahwa kedalaman bukan tentang luasnya yang tak terukur,
melainkan tentang bagaimana seseorang bisa tetap tenang
meski menyimpan gelombang yang mampu mengguncang dunia
jika ia mau membawanya ke permukaan.
Namun ia tidak melakukannya.
Justru di situlah nilainya.
Yang besar tidak perlu terlihat besar.
Yang dalam tidak memerlukan sorotan.
Yang berarti tidak meminta untuk dibaca, hanya menunggu mereka yang datang dengan hati yang sengaja menenggelamkan dirinya.
Sering kali, orang seperti ini memang tidak menarik bagi mereka yang hidup di permukaan.
Orang-orang yang dangkal tidak bisa jatuh cinta pada kedalaman.
Mereka mencari kilau di atas, bukan dunia yang tenang di bawah.
Sayangnya, sebagian besar manusia hidup di permukaan.
Itulah sebabnya orang-orang dalam terlihat terasing, tidak diperhitungkan, seolah berada di pinggir segala perhitungan.
Padahal ia tidak pernah benar-benar tersisih, ia hanya mengasingkan diri dari kebisingan,
dan justru dialah yang memperhitungkan banyak hal hingga ia memilih diam.
Kau tidak akan pernah jatuh cinta pada pandangan pertama pada orang seperti ini.
Orang yang dalam terlalu sunyi untuk memukau sekilas.
Ironisnya, justru mereka yang biasanya jatuh cinta duluan dan jatuhnya selalu dalam.
Namun siapa pun yang rela menyelami sedikit saja kedalaman itu,
niscaya akan langsung jatuh cinta…
dan tenggelam bersama.
Dan pada akhirnya, kau akan jatuh cinta bukan karena kedalamannya ingin dipuji,
tetapi karena bersamanya kau melihat dunia dari sudut yang tidak pernah kau ketahui sebelumnya,
lebih pelan, lebih jernih, lebih jujur.
Ada rasa aman ketika menjelajahinya,
sebab ia bukan sekadar mengajakmu masuk, ia tinggal di sana.
Namun yang tragis adalah kebanyakan orang lebih memilih apa yang berkilau di permukaan,
hal-hal yang mudah ditebak, daripada sebuah jiwa yang membutuhkan keberanian untuk diselami perlahan.
Orang seperti mereka juga cenderung pasif dalam urusan hubungan.
Bukan karena tidak peduli, tetapi karena mereka takut menjadi gemuruh yang justru mengganggu ketenangan hidup orang lain.
Mereka penuh kehati-hatian begitu hati-hati hingga lebih sering menyelami perasaannya sendiri daripada menunjukkan dengan jelas bahwa ia ingin masuk ke dalam kehidupan seseorang.
Orang-orang sering menilai mereka berlebihan, terlalu mendramatisir hidup, seolah segala hal harus dirasakan sedalam mungkin.
Padahal mereka hanya mencoba menjalani hidup sebagaimana hidup itu sendiri:
bukan di permukaan, tetapi di dalamnya, di tempat segala sesuatu benar-benar terjadi, terasa, dan bermakna.
Dan mungkin inilah kebenaran yang tak pernah mereka ucapkan:
bahwa kedalaman bukan meminta seseorang untuk tenggelam,
tetapi menawarkan tempat bagi jiwa yang lelah dari dunia yang serba cepat.
Pada akhirnya, orang-orang seperti mereka tidak mencari banyak hal,
cukup satu manusia yang berani berhenti sejenak di permukaan,
menatap ke bawah, lalu memutuskan untuk menyelam.
Karena di kedalaman itulah hidup berhenti menjadi sekadar hidup,
dan berubah menjadi sesuatu yang membuat kita ingin tetap tinggal.
Komentar
Posting Komentar