Ada suara-suara yang tidak lenyap, hanya tenggelam.
Mereka tidak kalah keras, hanya tidak dipilih untuk didengar.
Dunia ini ramai, dan dalam keramaian itu, yang sunyi sering disalahartikan sebagai tidak ada.
Dunia ini tidak dibuat untuk orang-orang yang tenang.
Kita dibesarkan dalam diam, dalam ketenangan yang seharusnya menjadi ruang aman.
Lalu suatu hari kita sadar: ketenangan tidak dipanggil, tidak dirayakan, tidak disiarkan.
Maka kita seperti rumah dengan jendela tertutup—penuh cahaya, tapi tak pernah dilihat.
Kau bisa memiliki isi kepala seluas semesta:
ide-ide yang berkelok, harapan yang mencakar langit, kedalaman yang tak mudah habis.
Namun jika tak ada yang mendengar, kau tetap dianggap kosong.
Bukan karena kau hampa, melainkan karena dunia lebih mencintai gema daripada makna.
Volume menjadi ukuran. Kedalaman berhenti dihitung.
Mereka tidak membaca isi, mereka membaca suara.
Yang soraknya paling keras mendapat panggung.
Yang berbicara pelan dianggap tak punya suara.
Maka wajar jika kita merasa kalah, bukan oleh yang lebih bijak,
melainkan oleh yang lebih ribut.
Padahal sunyi bukan berarti lengah.
Sunyi sering kali berarti sedang mendengar, sedang memahami, sedang bertahan.
Yang pandai menata cahaya di wajahnya lebih mudah dipercaya
daripada yang menata pikirannya dalam gelap.
Senyum yang dikemas rapi lebih cepat diterima
daripada ide yang lahir dari malam panjang dan luka yang tidak dipamerkan.
Dunia memberi ruang pada citra, tapi lupa pada isi.
Akibatnya, banyak orang memilih tampil, bukan tumbuh;
memilih sorak-sorai, bukan sunyi yang sebenarnya melahirkan gemuruh.
Kedalaman tidak bisa dinilai dari permukaan.
Riak memang indah ketika memantulkan cahaya sore,
tapi siapa yang tahu isi laut tanpa berani menyelam?
Bukan karena manusia tak bisa berenang,
melainkan karena mereka takut pada kedalaman yang tak bisa dikendalikan.
Namun di balik riak-riak itu, selalu ada laut yang menunggu.
Ia tidak memanggil dengan teriakan, hanya dengan kesabaran.
Ia tahu: yang datang dengan benar, akan datang tanpa bising.
Dan yang berani menyelam, akan mengerti
bahwa keheningan pun bisa bergemuruh.
Mungkin memang benar, dunia ini tidak dibuat untuk orang-orang yang tenang.
Namun dunia juga tak akan benar-benar berjalan tanpanya.
Karena dari merekalah lahir kedalaman
tempat dunia bisa bercermin, menyadari,
dan perlahan menemukan kembali dirinya sendiri.
Komentar
Posting Komentar