Kadang aku butuh teman bicara.
Aku cenderung diam, bukan karena tidak ingin berteriak,
tetapi karena aku tidak ingin berisik.
Dunia tidak selalu ada untuk kita.
Faktanya begitu.
Jalanan ramai, sementara aku berdiri sendirian di seberang,
menatap hidup yang terus melaju tanpa menunggu siapa pun.
Kadang kopi dan rokok pun tidak cukup untuk diajak bicara.
Kesepian, sesungguhnya, memang mengerikan.
Malam terus larut,
orang-orang sibuk mengurus dirinya masing-masing.
Mungkin itu sebabnya malam terasa makin dingin.
Manusia hangat jarang benar-benar bertemu satu sama lain.
Kesepian menyesak,
seperti orang asing yang dilepas di tengah keramaian,
tanpa teman, tanpa paduan.
Jika hidup terus berjalan seperti ini,
bagaimana mungkin menyalahkan manusia yang menjadi dingin?
Tidak ada nyala.
Hanya suram dan gelap gulita.
Kadang manusia memang butuh gesekan,
entah berakhir terang atau gosong sekalian.
Setidaknya, aku mencoba.
Kesepian sering disebut bayaran dari kebebasan.
Namun kebebasan macam apa
yang justru mencekik lehernya sendiri?
Tidak ada kata “terbiasa” dalam sepi.
Yang ada hanyalah kebiasaan buruk
yang perlahan mengeras di dada manusia,
dan seharusnya dihentikan,
sebelum kita lupa caranya merasa hangat.
Komentar
Posting Komentar