Apa bayaran dari sebuah kesepian? Kebebasan? Ketenangan?
Jika iya, kenapa aku tidak pernah merasa dibayar dengan pantas?
Harus sesepi apa hidup ini agar seseorang layak mendapatkan harga yang wajar dan balasan yang setimpal? Mengapa kesepian justru lebih sering membuatku gugup, gelisah, dan tercekik?
Jika semua hanya soal sudut pandang, lalu berapa kali lagi aku harus memutari hidup untuk menemukan sudut pandang yang sempit itu?
Dunia ini ramai, tapi dipenuhi manusia yang kesepian. Mereka saling menyapa dengan hangat, tapi tetap kedinginan. Di luar tampak hidup, di dalam kosong.
Apa aku harus menjadi dingin saja? Atau jujur mengakui bahwa apa adanya memang sering kali berarti sepi?
Aku tidak tahu apakah ini masalah umum atau hanya kegelisahanku sendiri. Aku juga belum benar-benar paham.
Orang sering berkata, tidak ada yang bisa menyelamatkan kita selain diri kita sendiri. Tapi bagaimana mungkin aku menyelamatkan diriku, jika yang perlu diselamatkan adalah aku itu sendiri?
Kalimat itu saja sudah kusut. Dan jika menjelaskannya saja rumit, apalagi menjalaninya.
Sebenarnya, dari mana kesepian yang menyiksa ini datang? Dari ketidaksiapanku menerima bahwa hidup memang sesepi ini? Atau karena aku tersisih dari manusia-manusia yang menjalani hidup dengan makna?
Aku sudah lama tidak menemukan makna.
Apakah orang gagal memang cenderung dijauhi, atau justru memilih menjauh?
Aku ingin tahu siapa dalang dari rasa sepi ini. Dunia, atau aku sendiri?
Jangan-jangan aku bukan korban. Jangan-jangan selama ini aku justru pelaku, yang menganiaya diri sendiri sambil berpura-pura disakiti dunia.
Jika itu benar, aku bahkan belum tahu bagaimana cara meminta maaf kepada diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar